Sabtu, 19 April 2008

Ibu...


Balutan kasih mendekap hangat di tubuh tak berdaya
meresap indah sentuhan tangan surgawi
Raut wajah mu bagai aliran sungai kehidupan
Kau angkat tubuh lemah ini ke pangkuan lembutmu, membuat ku aman dalam nyanyian mu
Ibu..
Ingin ku rasakan lagi masa itu
Kau cium kening ni di keheningan malam
Tak pernah kau mengeluh membawaku dan menjaga ku kemena pun kau pergi
Kau selalu melindungi seakan tak punya rasa malu
Berlari kau dari kesibukan mu saat ku terjatuh dan menangis
Namun sentuhan kasih mu membuat rasa sakit itu hilang
Ibu..
Kini kau telah tiada
Terserak bagai kepingan hati ku hancur
Hilang sudah semuanya
Kisah yang tak bisa terbayarkan
Kenapa harus kau ibu...
Aku mememang egois!
Ya khalik kenapa tak aku saja yang kau ambil?
Benarkah kau maha adil?
Apa kah ini semua adil untukku?!
Belum ku berikan hidupku padanya, kebahagiaan pun belum!
Ibu..
Tenanglah kau di sana
Terlalu banyak sudah pengorbanan mu
Sekarang ku coba mengarungi hidup tanpa belai lembutmu
Ku berjanji suatu saat nanti aku kan seperti mu
Takkan kulupakan sampai akhir hayatku
Hingga tersenyum kau melihatku
Tenangku dalam perjalan ke tempat mu, mencium keningmu dan kembali bersama mu
Selamanya....

Jumat, 18 April 2008







Kesedihan

KESEDIHAN

Menguntai dalam satu kehidupan
Meratap termenung menghibur hati
Mata melihat jauh dalam kalbu
Lama kelamaan terkikis habis dalam peraduan

Penat yang kini ku dekap
Kini malah kian menyelimuti
Yang kini terbingkai indah dalam hidup
Hilang masa lenyap waktu

Aku bagaikan nelayan yang kehilangan dayung
Ditengah samudra nan luas
Tanpa arah dan tujuan
Yang harus kuarungi dengan untaian

Sebongkah karang tegar
Membuat uku larut dalam hening
Tetap tegar walauw badai dan ombak kian menerjang

Itulah prosa kehidupan
Yang tertlis rapih dalam buku hehidupan
Meski kehidupan tak meski hidup
Karna hidup tak brujung hidup










Puisi Hujan


Hujan tak mampu mengusir bayangmu
yang kian melekat bagai jelaga di dinding hatiku
mengusik ketentraman
menghempas aku dalam penat berkepanjangan
kugapai namun tak kuasa
entah dimana hatimu kini
masihkan menjadi milikku
atau telah mengabur meninggalkan bayang maya


Kulihat kau tersenyum pada mendung
entah apa yang kau lihat disana
mungkin aku
mungkin pula hanya bayang kelabu
yang tak bermakna
tersenyumlah,terus tersenyum
agar dapat kunikmati daris ela derai air ini
yang entah hujan atau kah air mata


mendung pasti berlalu
menyingkap tabir dan mengurai kebimbangan
tegarlah,
akan kau temui aku disela sela
embun yang membasah
mengintip kedalaman hatimu
mendung kan berganti embun
menyiratkan harapan
teruslah tersenyum
padaku
pada asa yang kian meraja